Pada akhirnya ketahuan juga luka yang sudah susah payah kusembunyikan. Mianhae Vava, aku harus menyembunyikan penyebab lukaku ini. Sekarang, aku sudah harus beristirahat dan menghabiskan waktu bersama sahabatku yang manis ini. Jujur saja, aku sangat senang dengan perhatian darinya ini. Dia terlihat benar-benar mengkhawatirkan aku. Sekarang apa yang harus aku lakukan, aku bosan jika harus sendirian disini. Daripada diam, lebih baik aku menghabiskan waktu bersama Vava.
-Dongwoon POV end-
-Author POV-
Dongwoon melangkahkan kakinya
untuk keluar dari kamarnya. Saat ia hendak membuka pintu kamarnya tersebut, ia
hampir saja menabrak yeoja yang membawa piring berisi makanan dihadapannya,
Vava. Yeoja tersebut sedikit melangkah mundur karena terkejut. Dongwoon pun hanya bisa
tercengang. “Oppa, apa yang akan kau lakukan? Masuk kembali kekamar, kau harus
makan!”, perintah Vava membuyarkan lamunan Dongwoon. Dongwoon hanya bisa
menganguk dan melaksanakan apa yang dipinta sahabatnya. Mereka duduk dipinggiran
tempat tidur dan saling berhadapan. Tanpa disuruh, Vava segera menyuapkan
makanan yang ia pegang daritadi untuk Dongwoon.
***
Sudah sehari berlalu, untuk
menemani Dongwoon, Vava pun memilih untuk tidak hadir ke sekolah. Vava hanya
ingin menjaga sahabatnya agar cepat sembuh yang padahal dirinya sendiri tidak
tahu akan penyebabnya tersebut. “TOK..TOK..TOK..”, terdengar ketukan pintu dari
depan rumahnya. Yeoja yang sedang menyiapkan sarapan pun segera berjalan menuju
arah ketukan tersebut. Saat Vava membuka pintu tersebut, betapa terkejutnya ia
setelah melihat wajah namjachingu-nya yang terlihat sangat using dengan sebuah
memar biru di pipinya. Hal tersebut mengingatkan Vava akan teman baiknya yang
juga mengalami luka..
“Aish, kenapa yang datang ke rumahku selalu memiliki
luka kekerasan?”, gumam yeoja tersebut terheran sambil menatap Junhyung,
namjachinggu-nya.
“Memang siapa lagi yang memiliki luka seperti ini?”,
jawab Junhyung sambil melangkahkan kaki masuk kedalam rumah dan membanting
tubuhnya menuju sofa empuk didekatnya.
“Dongwoon oppa, tapi lukanya jauh lebih parah dari
luka oppa itu, ”, balas Vava singkat sambil berjalan menuju kulkas untuk
mengambilkan minuman dingin untuk dihidangkan kepada kekasihnya tersebut.
“Hmm? Kenapa kau bisa tahu, chagi? Trus, kenapa kau
tidak sekolah hari ini?”, tanya Junhyung sambil mencubit pipi yeoja-nya yang
sudah berada disampingnya dan menerima minuman dingin tersebut kepadanya.
“Karena Dongwoon oppa berada bersamaku sekarang. Dia
menginap karena lukanya sangat parah..”, ujar Vava santai sambil memandang
pintu kamar Dongwoon. “Makanya, aku memilih untuk tidak kesekolah hari ini
karena aku mau menjaganya.”, tambahnya lagi.
“Jinjjayo? Dia ada disini??”, minuman Junhyung hampir
saja tumpah setelah mendengar jawaban Vava tersebut.
“Ya!! Kenapa oppa begitu terkejut? Waeyo??”, tanya Vava heran, terbesit ada rasa
curiga bahwa namjachinggu-nya mengetahui tentang semua penyebab dari kejadian ini.
“Gwenchanayo.. Chagiya, aku harus pulang karena ada urusan.. Ucapkan saja salamku untuk Dongwoon, smoga ia lekas sembuh..”, pamit Junhyung lalu mengecup pipi yeoja-nya dan pergi.
“Gwenchanayo.. Chagiya, aku harus pulang karena ada urusan.. Ucapkan saja salamku untuk Dongwoon, smoga ia lekas sembuh..”, pamit Junhyung lalu mengecup pipi yeoja-nya dan pergi.
-Author POV end-
***
-Dongwoon POV-
Akhirnya, aku sudah bisa kembali ke sekolah. Setelah sekian hari ditemani oleh sahabat manisku itu. Rasanya menyenangkan dirawat olehnya. Tapi, aku kan tidak boleh merepotkan dia secara terus-menerus. Aihh, dia berhasil membuatku gila! Hmm, itu dia Junhyung, namjachinggu-nya. Apa yang ingin ia lakukan sekarang setelah membuat luka-luka disekujur tubuhku! Bahkan, takkan lagi kuanggap ia sahabatku! "Apa yang ingin kau lakukan, huh?", ucapku dengan tegas dan tanpa henti kutatap matanya yang tajam, aku tak pernah takut akan diserang secara bergerombol lagi oleh dia dan gank-nya. "Aku bahkan kecewa telah memiliki sahabat sepertimu, Junhyung. Kau yang kupercaya, ternyata...", aku bahkan tak sanggup lagi melanjutkan kata-kataku. "Hmm, Apakah Vava sudah tau soal diriku?", tanyanya dengan raut khawatir dan penasaran yang dipaksakan. "Soal itu? Belum, dan bukan berarti aku tidak akan menceritakannya.", jawabku kesal terhadapnya."Kau masih ingin babak belur?", seringai menghiasi wajahnya. Aku membalas seringaiannya tanpa gentar. "Namun, tenang saja, aku akan segera memutuskan sahabat manismu itu..", lanjutnya tertawa sambil meninggalkanku.
-Dongwoon POV end-
***
-Dongwoon POV-
Akhirnya, aku sudah bisa kembali ke sekolah. Setelah sekian hari ditemani oleh sahabat manisku itu. Rasanya menyenangkan dirawat olehnya. Tapi, aku kan tidak boleh merepotkan dia secara terus-menerus. Aihh, dia berhasil membuatku gila! Hmm, itu dia Junhyung, namjachinggu-nya. Apa yang ingin ia lakukan sekarang setelah membuat luka-luka disekujur tubuhku! Bahkan, takkan lagi kuanggap ia sahabatku! "Apa yang ingin kau lakukan, huh?", ucapku dengan tegas dan tanpa henti kutatap matanya yang tajam, aku tak pernah takut akan diserang secara bergerombol lagi oleh dia dan gank-nya. "Aku bahkan kecewa telah memiliki sahabat sepertimu, Junhyung. Kau yang kupercaya, ternyata...", aku bahkan tak sanggup lagi melanjutkan kata-kataku. "Hmm, Apakah Vava sudah tau soal diriku?", tanyanya dengan raut khawatir dan penasaran yang dipaksakan. "Soal itu? Belum, dan bukan berarti aku tidak akan menceritakannya.", jawabku kesal terhadapnya."Kau masih ingin babak belur?", seringai menghiasi wajahnya. Aku membalas seringaiannya tanpa gentar. "Namun, tenang saja, aku akan segera memutuskan sahabat manismu itu..", lanjutnya tertawa sambil meninggalkanku.
-Dongwoon POV end-
No comments:
Post a Comment